Perbedaan MRT dan Monorel

Belakangan ini banyak sekali pemberitaan mengenai pembangunan Monorail and MRT (Mass Rapid Transit) di Jakarta. Namun sayangnya berita di media kebanyakan hanya mengekspos keburukannya seperti proyek yang mangkrak, korupsi dan sebagainya. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai deskripsi kedua proyek  tersebut membuat warga bingung. Warga pun banyak persepsi yang berbeda-beda mengenai keduanya. Ada yang bilang “MRT itu Mono Rail Transportation, jadi MRT dan Monorail itu sama ajee.” Padahal kedua proyek tersebut sama sekali berbeda, baik dari segi produk maupun pelaksananya. Oleh karena itu admin mau memberikan penjelasan mengenai kedua proyek tersebut agar warga bisa mendapatkan informasi yang jelas dan (semoga saja) benar.

Kawasaki_c751_eunos


Apa itu MRT dan Monorel?

MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harafiah berarti angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Beberapa bentuk dari MRT antara lain:

  • Berdasarkan jenis fisik : BRT (Bus Rapid Transit), Light Rail Transit (LRT) yaitu kereta api rel listrik, yang dioperasikan menggunakan kereta (gerbong) pendek seperti monorel dan Heavy Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti kereta Jabodetabek yang ada saat ini
  • Berdasarkan Area Pelayanan : Metro yaitu heavy rail transit dalam kota dan Commuter Rail yang merupakan jenis MRT untuk mengangkut penumpang dari daerah pinggir kota ke dalam kota dan mengantarkannya kembali ke daerah penyangga (sub-urban).

Menurut definisi di atas, sebenarnya kota Jakarta sendiri telah mempunyai transportasi MRT, yaitu TransJakarta yang masuk dalam kategori BRT dan kereta Commuter Line. Namun sepertinya keberadaan kedua moda transportasi tersebut masih belum bisa menghilangkan kemacetan di kota Jekardah ini. Yah kalau hanya mengurangi angka kemacetan sih sepertinya memang sudah terealisasi. Buktinya banyak warga yang sudah menggunakan naik TransJakrata maupun Commuter. Apalagi dengan tarif progresif yang saat ini diberlakukan membuat biaya perjalanan semakin murah. Namun dari segi pelayanan memang kurang memuaskan karena kereta dan bus yang penuh sesak dan kemacetan yang terjadi akibat warga yang naik ke jalur Busway seenaknya. Karena kapasitas yang masih kurang memadai makanya dibuatlah proyek MRT  dan Monorel ini agar semua warga dapat menikmati fasilitas trasnportasi yang nyaman dan cepat.


Perbedaan MRT dan Monorel

MRT yang akan dibangun oleh PT MRT Jakarta sekarang ini adalah MRT berbasis rel jenis Heavy Rail Transit (HRT). Mungkin sebaiknya proyek ini dinamakan proyek HRT saja ya karena MRT terlalu luas pengertiannya, hehe.

MRT

Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel  rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus – Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat  sepanjang kurang lebih ±87 km. Peta rute MRT Jakarta adalah seperti ini

peta rute MRTJ

Monorel sendiri sebenarnya termasuk ke dalam kategori MRT. Namun bentuknya berbeda karena hanya menggunakan satu (mono) rel saja yang terbuat dari beton dan melayang di atas tanah. Saya pernah mengunjungi pabrik pembuatannya di PT Melu Bangun Wiweka (MBW) di daerah Bekasi. Kira-kira penampakannya adalah seperti ini.

monorel

Sedangkan Rute Monorel adalah seperti ini

Rute Monorel


Apa Perbedaan Proyek MRT dan Monorel di Jakarta

Proyek Pembangunan MRT dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta didukung oleh Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) (Government to Government). Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjamin ketersediaan dana dan kesinambungan operasional sistem MRT ini. Dukungan JICA diberikan dalam bentuk penyediaan dana pembangunan dalam bentuk pinjaman. Komitmen yang telah diberikan JICA terhadap bantuan pembangunan MRT ini adalah sebesar ¥125,237,000,000,-, sedangkan loan agreement yang telah diberikan sebesar ¥50,019,000,000.- terdiri dari Loan Agreement No. IP-536 sebesar ¥1,869,000,000.- dan Loan Agreement No. IP-554 sebesar ¥48,150,000,000.-

Pelaksanaan Pembangunan MRT melibatkan beberapa instansi, baik pada tingkatan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT MRT Jakarta. Oleh karena itu, Dokumen Anggaran yang diperlukan juga melibatkan lembaga-lembaga tersebut dengan nama program dan kegiatan berbeda namun dengan satu output yang sama, pembangunan MRT.

MRT_Jakarta_logo

Sedangkan untuk Monorel berbeda dengan proyek MRT, proyek ini yang dikerjakan oleh pihak swasta (business to business). Sejak awal, proyek Jakarta Monorail dibiayai oleh dana swasta murni, yang berasal dari para pemegang saham PT. Jakarta Monorail dan sponsor proyek, tanpa menggunakan dana APBD maupun APBN. Pada bulan April 2013, Ortus Group menjadi investor baru Proyek Jakarta Monorail yang melakukan kesepakatan dengan pemegang saham PT. Jakarta Monorail, yaitu PT. Indonesia Transit Central, PT. Adhi Karya (Persero), Tbk, dan PT. Citrayasa Niagatama. Ortus Group melakukan akuisisi atas mayoritas saham PT. Jakarta Monorail dan bersama dengan Edward Seky Soeryadjaya menguasai 88% saham PT. Jakarta Monorail. Kehadiran Ortus Group berhasil mengupayakan proyek Jakarta Monorail untuk dapat dilanjutkan kembali. Menggandeng mitra konsorsium asal China CCCC dan SMRT dari Singapura, pada tanggal 16 Oktober 2013 PT Jakarta Monorail resmi melanjutkan pembangunan Proyek Jakarta Monorail.

Jakarta Eco Transport Monorel (JET Monorel) adalah nama yang dipilih oleh PT Jakarta Monorail untuk menyebut sistem mass transit berbentuk kereta rel tunggal (monorel) ini. Dengan layanan profesional, JET Monorel bertujuan untuk memberikan transportasi umum bagi warga Jakarta yang aman, nyaman dan efisien, sekaligus ramah lingkungan. JET Monorel akan beroperasi di area-area paling strategis di Jakarta, sebagai alternatif transportasi umum agar warga Jakarta dapat mencapai tujuannya tepat waktu. Rute JET Monorel akan terbagi menjadi dua jalur: Green Line dengan 10 gerbong kereta akan melayani Semanggi-Casablanca-Kuningan-Semanggi (15 stasiun) dan Blue Line dengan 18 gerbong kereta akan melayani Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy (13 stasiun). JET Monorail memiliki potensi angkut yang mencapai 600,000 penumpang setiap harinya, pada tahun 2016 untuk Jalur Biru (Blue Line) dan 2017 untuk Jalur Hijau (Green Line).

jet monorel


Mengapa Diperlukan Adanya MRT dan Monorel di Jakarta?

Perkiraan Jakarta macet total : Saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1 persen per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II)

  • Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun.
  • Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan.

Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan. Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan/mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/mobilitasnya dengan lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.

Sebenarnya Indonesia sendiri sudah sejak lama memiliki monorel yang mengelilingi pulau-pulau di seluruh nusantara. Penampakannya adalah seperti ini

monorel taman min

Eh tapi ternyata monorel itu adanya cuma di Taman Mini saja, jadi tidak bisa dipakai untuk transportasi dalam kota, hehe


 

Perbandingan Dengan Negara di Asean

Kalau dibandingkan dengan negara tetangga kita sendiri seperti Singapura, Filipina dan Malaisya, kayaknya sih kita sudah tertinggal jauh banget deh. Warga mereka sudah memiliki MRT dan Monorel dari bertahun-tahun yang lalu. Selain cepat, keretanya juga bersih dan nyaman.

Filipina adalah negara yang pertama di Asia Tenggara yang menerapkan sistem MRT sejak akhir tahun 1984. Ada 31 stasiun mencakup 31 km dan akan dikembangkan hingga 34,5 km .MRT di Manila mayoritas layang dan hanya ada 1 yang di bawah tanah. MRT di Filipina ini terdiri dari 2 jalur yakni jalur kuning dan jalur ungu. Waktu tunggu antar kereta (headway) minimum antara 3-5 menit. Ongkos MRT ini sesuai jarak stasiun yang disinggahi. Semakin jauh, maka semakin mahal ongkosnya. Namun kisarannya antara 12 Peso hingga 20 Peso atau sekitar Rp 2.824 hingga Rp 4.707.

peta mrt manila

 

Singapore Mass Rapid Transit (SMRT) adalah yang tertua kedua di Asia Tenggara setelah di Filipina, beroperasi pada akhir tahun 1987. Walaupun kedua tertua, namun SMRT ini sudah menjangkau seluruh negara kota ini. Jaringan SMRT ada 148,9 km dengan 102 stasiun. Aturan di dalam SMRT ini cukup ketat, tidak boleh merokok, makan dan minum, membawa durian hingga benda yang mudah terbakar. Kalau tidak, denda SGD 500-5.000 (Rp 3,9 juta – Rp 39 juta) sudah menanti. Jalur MRT di singapura semuanya terintegrasi, jadi kalau mau pindah jalur tinggal turun saja di stasiun transit. yang membuat menarik adalah staiun di singapur banyak yang berada di dalam mall. Bahkan ada mall yang terintegrasi dengan stasiun, halte bus dan pelabuhan kapal seperti di Vivo City Mall.

smrt


Apakah Proyek Ini Dapat Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta

MRT dan Monorel adalah salah satu bagian dari solusi transportasi yang terkait dengan bagaimana mengangkut penumpang dari satu titik asal ke titik tujuan secara cepat, efektif dan efisien. Untuk mengatasi kemacetan diperlukan langkah-langkah lain seperti peningkatan disiplin lalu lintas, pembatasan volume lalu lintas (kebijakan pembatasan intensitas penggunaan kendaraan pribadi melalui kebijakan seperti Electronic Road Pricing), mendorong pengguna kendaraan pribadi beralih ke MRT maupun monorel seperti dengan menyediakan fasilitas park & ride, mengintegrasikan sistem MRT dengan sistem angkutan massal lainnya seperti bus umum,  busway, kereta Jabodetabek. 

Macet

Terkait dengan pembatasan jumlah kendaraan, Pemerintah akan berupaya untuk menyediakan moda transportasi massal yang andal, layak dan memadai seingga masyarakatdengan sendirinya akan lebih tertarik naik angkutan umum ketimbang bawa kendaraan sendiri.  Dengan begitu, penggunaan kendaraan umum dapat menjadi pilihan yang setara dengan penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi publik yang berjalan mantap akan mendukung pemberlakuan sistem pembatasan kendaraan, sehingga pengguna kendaraan pribadi bisa beralih menggunakan transportasi publik.

Sistem MRT dan Monorel di Jakarta sendiri dibangun untuk menjawab tantangan mobilitas yang rendah karena terbatasnya ruang untuk bermobilitas. Kemacetan di jalan raya disebabkan oleh ketidakseimbangan kapasitas jalan dengan volume kendaraan yang melaluinya. Keunggulan sistem MRT Jakarta yang andal, tepat waktu, dan harga tiketnya terjangkau memberikan pilihan bagi pengguna kendaraan pribadi khususnya untuk beralih ke MRT. Berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi ini akan meningkatkan ruang gerak di jalan raya yang berdampak pada berkurangnya tingkat kemacetan serta tingkat polusi.

20140625_121409

Suasana jalan raya di Singapur yang bebas dari macet

Agar semua hal di atas dalam terealisasi dengan baik, hal yang harus diperhatikan adalah faktor kenyamanan dari pelayanan MRT dan Monorel itu sendiri. Sekarang ini masih banyak sekali warga Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi karena mereka merasa tidak nyaman dan malas untuk menggunakan trasnportasi umum. Keadaan ini disebabkan karena bus dan kereta dan bus yang penuh sesak, belum lagi tindak kriminal seperti pelecehan seksual dan pencopetan. Kalau pengalaman admin di luar negri, bus dan keretanya tidak terlalu penuh karena jeda dengan kereta yang berikutnya cukup singkat, bahkan di bawah 5 menit, jadi kereta tidak terlalu berdesakan meskipun pada jam rush hour. Keamanannya pun terjaga sehingga tidak perlu was-was di dalam kereta. Semoga seluruh moda transportasi umum termasuk MRT dan Monorel bisa seperti ini agar warga makin nyaman menggunakannya. Hasilnya jalan tidak menjadi padat dan macet lagi.


Sumber

Jakarta Monorail   |    Jakarta MRT   |   Kaskus


3 thoughts on “Perbedaan MRT dan Monorel

Comments are closed.